Dari sepasang bola mata, Mencoba tuk merangkai kata-kata yang tercecer berserakan dalam ruang imaginasi menjadi kalimat-kalimat yang berarti, dan dapat memberi makna dalam kehidupan
Sabtu, 30 Januari 2010
Dimanakah cahaya?
Dengan pandangan mata yang tajam, namun tetap tak berarti, seolah seorang buta yang tidak dapat menikmati indahnya dunia, aku melangkah perlahan menyusuri malam gelap yang hitam. Langkah kakiku diiringi suara gemericik air yang mengalir menembus celah-celah bebatuan. Suara-suara bambu yang bergesekan tertiup angin malam yang dingin nan lembut, seolah memberiku semangat untuk terus melangkah. Namun langkahku terhenti, karna aku tak tahu arah, kemana aku harus melangkah? wahai cahaya, dapatkah engkau tampakkan kilau indahmu? terangi jalanku, dan tuntunlah langkahku. Di manakah akan aku temui secercah cahaya yang dapat menerangi jalanku?
Pelangi senja
Menanti rembulan, sang mentari tersenyum lembut diantara butiran butiran kecil menghujam bumi. Pancaran lembut sinarnya memantulkan keindahan, memberikan warna pada langit biru nan berawan cerah. Beribu pasang bolamata menatapnya dengan penuh kesejukan diantara daun-daun yang basah...
...tak ada yang abadi...
Berjuta warna pelangi... Takkan selamanya kau 'kan disana, memberi senyum indah nan ceria pada dunia. Perlahan kau mulai sirna bersama dengan pulangnya mentari ke peraduan. Senja kini berganti malam, tak lagi nampak keindahanmu dalam malam, pelangi.
...tak ada yang abadi...
Berjuta warna pelangi... Takkan selamanya kau 'kan disana, memberi senyum indah nan ceria pada dunia. Perlahan kau mulai sirna bersama dengan pulangnya mentari ke peraduan. Senja kini berganti malam, tak lagi nampak keindahanmu dalam malam, pelangi.
Langganan:
Postingan (Atom)