Senin, 01 November 2010

Kolaborasi Melodi Indah diatas Kopaja

Tak lama menunggu, sebuah Kopaja Jakarta menghampiri kami yang menunggu di Jl. H R Rasuna Said Jakarta. Satu persatu kami naik. Saya memilih pintu belakang dan mendapatkan kesempatan terakhir untuk naik bus. Meski naik dari pintu belakang, tapi aku kebagian tempat duduk paling depan.
Kopaja melaju dengan suara riuh mesin tua berpadu dengan teriakan kondektur bus yang terus berusaha menjaring calon penumpang. Teman teman yang duduk bergerombol asyik mengobrol, sementara aku yang duduk sendirian dihadapkan pada pamandangan Jakarta dengan bermacam status yang disandangnya dan paling terkenal dengan banjir dan mecetnya.
Seiring berpacunya waktu, kopaja terus melaju, berhenti, manaikkan/menurunkan penumpang dan kembali menggapai tujuan akhir, siklus itu terus berulang seperti mata rantai kehidupan. Tiba tiba ada suara gesekan dawai yang merasuk ke telingaku. dan seakan memanggilku. Iramanya terus mengalir dan "memaksa" aku untuk mencari sumber suara itu.
Aku menoleh dan mendapati seorang lelaki berambut gimbal tengah menggesek dawai biola yang ada diatas pundak kirinya, dengan tangan kanannya. Sal memejamkan mata, jemari tangan kirinya menari menari diatas fingerboard dengan khidmat nya. Seakan permainannya membawanya terbang.
Tidak hanya sang biolis yang terbang, akupin ikut hanyut dalam alunan melodi yang makin lama semakin menghentak. Sedang aku menikmati permainan tunggal, entah darimana datangnya permainan biola itu sudah berkaborazi dengan permainan gitar seorang musisi jalanan. Temponya meningkat, biola dan gitar berkolaborasi diatas kopaja Jakarta dan diantara hiruk pikuknya Kota. Sedang aku menikmatinya, bus yang kami tumpangi berhenti karena sudah mencapai tujuan akhir, yang kemudian disusul dengan berhentinya "Teater on The Bus" yang menampilkan duet antara permainan biola dan gitar.

Directory Kata

blog search directory Society Blogs